Nama Provinsi | Kode Wilayah Indonesia | Kode Internasional | Singkatan Umum | Ibu kota | Hari Jadi | Lambang |
---|---|---|---|---|---|---|
Daerah Istimewa Yogyakarta | 34 | ID-YO | DIY | Yogyakarta | Tak ada [*] |
Rumah limasan sesuai dengan namanya adalah rumah tradisional berbentuk limas yang dibuat dengan gaya panggung. Rumah limas memang mempunyai banyak filosofis yang mendalam, terdiri dari lima tingkat dengan makna dan fungsi yang berbeda-beda. Lima tingkatan ruangan diatur menggunakan filosofi Kekijing, dimana setiap ruangannya diatur berdasarkan penghuninya, yaitu usia, jenis kelamin, bakat, pangkat serta martabat. Tingkat pertama atau disebut ‘Pagar Tenggalung’ merupakan ruangan terhampar luas tanpa dinding pembatas. Tingkat kedua atau disebut ‘Jogan’ merupakan tempat berkumpul diperuntukkan bagi anggota keluarga pemilih rumah yang berjenis kelamin laki-laki.
Surjan merupakan pakaian adat Yogyakarta yang biasanya dikenakan kaum pria. Esensinya surjan adalah lurik atau model kemeja berlengan panjang. Kainnya memiliki tekstur tebal dengan motif vertikal, berwana gelap dan dilengkapi dengan kancing. Namun, dalam perkembanganya motif lurik ternyata tidak hanya garis-garis saja, tetapi terdapat motif kotak-kotak dan surjan ontrokusuma yang bermotif bunga. Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan ontrokusuma terbuat dari kain sutra bermotif hiasan berbagai macam bunga. Biasanya surjan jenis ini dipakai pejabat dan kalangan bangsawan keraton. Ketika dikenakan, surjan dipadukan dengan jarik dan blangkon.
Tari Bedhaya merupakan tari klasik putri yang bertemakan cerita legenda, babad, atau sejarah. Tarian ini disebut Bedhaya sanga karena penarinya berjumlah songo atau sembilan, atau komposisi tari kelompok putri yang ditarikan oleh sembilan penari wanita. Tari Bedhaya Semang adalah satu tari putri klasik di Istana Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I dan dianggap sebagai pusaka. Bedhaya Semang tersebut dipagelarkan untuk kepentingan ritual istana, seperti peristiwa jumenengan.
Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta.[15] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Daerah Istimewa Yogyakarta.[16] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah bahasa Indonesia. Pada 8 Februari 2021, bahasa Jawa berstatus bahasa resmi di Daerah Istimewa Yogyakarta di samping bahasa Indonesia.
Upacara Sekaten merupakan sebuah tradisi yang diperuntukkan untuk merayakan hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW dan biasa diadakan setiap tanggal 5 bulan Rabiul Awal tahun hijriah (bulan Jawa mulud) di alun-alun utara Yogyakarta dan Surakarta. Awal mulanya, Sekaten diadakan oleh Pendiri Keraton Yogyakarta, yaitu Sultan Hamengkubuwono 1 untuk mengundang masyarakat Jogja untuk mengikuti dan memeluk agama Islam. Upacara ini dimulai saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem keraton bersama dengan lantunan musik dari dua set Gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.
Keris adalah senjata tradisional khas Yogyakarta yang digunakan dengan cara menghunus bilahnya pada pertarungan jarak dekat. Bentuk keris biasanya berlekuk dengan gagang, dan dibawa dengan dimasukkan ke dalam wrangkanya.
Krumpyung. Alat musik tradisional ini asalnya dari Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biasanya lagu yang dibawakan oleh Krumpyunng adalah Langgam Jawa, Uyon-uyon, dan Campursari. Selain itu, Krumpyung juga dimainkann pada hari kemerdekaan Indonesia, sebagai penyambutan tamu-tamu yang berkunjung dari Istana Negara. Untuk memainkan Krumpyung adalah dengan ditiup.
Suwe Ora Jamu adalah lagu daerah Jawa yang diciptakan oleh R.C. Hardjosubroto. Lagu ini sangat populer, apalagi setelah dinyanyikan oleh Waljinah. Suwe Ora Jamu merupakan lagu daerah Provinsi DI Yogyakarta. Lirik lagu menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko serta rima berpeluk.
Gudeg adalah hidangan khas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat hidangan ini. Warna cokelat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg biasanya dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu, dan sambal goreng krecek.
Jalan Malioboro adalah salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke persimpangan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Jalan ini menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang kompleks Keraton Yogyakarta. Di sisi utara adalah Jalan Margo Utomo, yang terbentang dari selatan kawasan Tugu hingga sisi timur Stasiun Yogyakarta.